Ketauhidan
manusia pada zaman Rasulullah SAW tidaklah sama dengan ketauhidan manusia di
zaman sekarang. Ketauhidan manusia pada zaman sekarang sudah banyak yang
melenceng dari syariat agama islam, kurang mendalami ilmu agama dan otomatis
keimanannya juga lemah. Berbeda dengan zaman Rasulullah SAW, pada zaman
Rasulullah SAW ketauhidan manusia pada saat itu masih asli, masih bagus, dan
bersifat praktikal, sehingga terhindar dari perbuatan-perbuatan yang
menyesatkan. Ketika ada yang kurang jelas bisa ditanyakan lansung kepada Nabi
Muhammad SAW. Lalu bagaimana dengan dengan kita yang hidup pada zaman sekarang,
apakah kita bisa bertanya lansung kepada rasulullah SAW ketika ada masalah. Hal
itu tidak mungkin karena Rasulullah telah wafat , namun kita bisa mengamalkan
sunah rasul dan Al-qur’annul karim sebagai pedoman hidup manusia,
Salah satu bentuk penyimpangan
terhadap ketauhidan manusia terhadap sang pencipta ialah syirik. Kenapa saya
memilih syirik dalam makalah observasi lapangan ini. Karena perbuatan syirik
merupakan dosa terbesar dalam agama islam. Dewasa ini perbuatan syirik atau
menyekutukan Allah ini seperti perbuatan biasa dan seperti perbuatan yang
lumrah bagi manusia pada masa sekarang, ini terbukti dengan masih adanya budaya
sesajen, pesugihan, meminta keberuntungan kekuburan, meminta kekayaan kegunung
kawi dan masih banyak lagi. Dalam pandangan islam ini bukan merupakan hal
sepele dan sangat fatal dampaknya. Sesuai dengan firman Allah SWT
''Sesungguhnya Allah SWT tidak akan mengampuni
dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa selain syirik, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya” (Qs. Anisa : 48)
Pernyataan ayat diatas sangat mengancam manusia
untuk meninggalkan perbuatan syirik itu.
Surat Al A'raf ayat 172 menjelaskan bahwa
setiap bayi yang akan dilahirkan ke dunia, oleh Allah SWT sudah dimintai
kesaksian tentang ketuhanan Allah SWT dengan pertanyaan, ''Bukankah Aku ini
Tuhanmu?'' Setiap janin yang hendak menjadi
manusia ini pun menjawab, ''Tentu saja kami menjadi saksi.'' Untuk apa Allah
SWT meminta kesaksian seperti itu? Agar kelak di hari kiamat tidak ada orang
(yang menyembah selain Allah SWT) berargumen bahwa mereka tidak tahu tentang
ketuhanan dan keesaan Allah SWT.
Dalam sebuah hadits riwayat Al Hakim, Rasulullah SAW bersabda bahwa setiap bayi yang terlahir --dari dua orang tua Muslim maupun kafir-- itu berada dalam kondisi Muslim. Hanya apakah si anak itu tetap sebagai Muslim atau berubah menjadi musyrik atau kafir, itu tergantung agama yang diajarkan kedua orang tuanya.
Dalam sebuah hadits riwayat Al Hakim, Rasulullah SAW bersabda bahwa setiap bayi yang terlahir --dari dua orang tua Muslim maupun kafir-- itu berada dalam kondisi Muslim. Hanya apakah si anak itu tetap sebagai Muslim atau berubah menjadi musyrik atau kafir, itu tergantung agama yang diajarkan kedua orang tuanya.
Setiap orang
tua Muslim memiliki tugas utama dan pertama untuk menjaga akidah diri dan anak
keturunannya istiqamah pada akidah yang mengesakan Allah SWT. Saat ini, tugas
tersebut menjadi bertambah wajib untuk ditunaikan, karena semakin banyak pihak
yang berkeinginan untuk menyeret kaum Muslim pindah agama dan keyakinan.
Gerakan
pemurtadan yang dilakukan dengan iming-iming yang menggiurkan adalah salah satu
aktivitas yang terus menggoda akidah umat Islam. Selain itu juga ada paham
pluralisme agama yang mengaburkan nilai-nilai kebenaran Islam. Semua agama dianggap
sama.
Sahabat Ismail bin
Umayah pernah meminta nasihat kepada Rasulullah SAW. Beliau memberinya nasihat
singkat dengan mengingatkan, ''Janganlah kamu menjadi manusia musyrik,
menyekutukan Allah SWT dengan sesuatupun, meski kamu harus menerima risiko
kematian dengan cara dibakar hidup-hidup atau tubuh kamu dibelah dua. '' (HR
Ibnu Majah).
Nasihat
Rasulullah SAW itu tentu terkait dengan peringatan Allah SWT bahwa dosa syirik
akan menghanguskan segala kebajikan dan merupakan dosa tak terampuni. Allah SWT
berfirman, ''Jika kamu mempersekutukan Allah SWT niscaya akan hapuslah amalmu
dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.'' (QS Az Zumar:65). Di ayat
yang lain Allah SWT berfirman, ''Sesungguhnya Allah SWT tidak akan mengampuni
dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa selain syirik, bagi siapa yang
dikehendaki-Nya.'' (QS An Nisa 48). Semua keterangan tersebut terkait dengan syirik
kufur, yakni orang yang menyembah kepada selain Allah SWT.
1-
Mempersembahkan salah satu bentuk ibadah kepada selain Allâh Subhanahu wa
Ta'ala, seperti berdoa (memohon) kepada orang-orang shaleh yang telah mati,
meminta pengampunan dosa, menghilangkan kesulitan (hidup), atau mendapatkan
sesuatu yang diinginkan, seperti keturunan dan kesembuhan penyakit, kepada
orang-orang shaleh tersebut. Juga seperti mendekatkan diri kepada mereka dengan
sembelihan qurban, bernazar, thawaf, shalat dan sujud…Ini semua adalah
perbuatan syirik, karena Allâh Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
قُلْ
إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا
شَرِيكَ لَهُ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
"Katakanlah: "Sesungguhnya
shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allâh, Rabb semesta
alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku
dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allâh)".
[al-An’âm/6:162-163]
2-
Mendatangi para dukun, tukang sihir, peramal (paranormal) dan sebagainya, serta
membenarkan ucapan mereka. Ini termasuk perbuatan kufur (mendustakan) agama
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, berdasarkan
sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam yang artinya:
"Barangsiapa yang mendatangi
dukun atau tukang ramal kemudian membenarkan ucapannya, maka sungguh dia telah
kafir terhadap agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi
wa sallam"
Allâh Subhanahu wa Ta'ala menyatakan
kekafiran para dukun, peramal dan tukang sihir tersebut dalam firman-Nya yang
artinya:
وَاتَّبَعُوا
مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَىٰ مُلْكِ سُلَيْمَانَ ۖ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ
وَلَٰكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ وَمَا أُنزِلَ
عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ ۚ وَمَا يُعَلِّمَانِ مِنْ
أَحَدٍ حَتَّىٰ يَقُولَا إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ ۖ
فَيَتَعَلَّمُونَ مِنْهُمَا مَا يُفَرِّقُونَ بِهِ بَيْنَ الْمَرْءِ وَزَوْجِهِ ۚ
وَمَا هُم بِضَارِّينَ بِهِ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ ۚ
وَيَتَعَلَّمُونَ مَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ ۚ وَلَقَدْ عَلِمُوا لَمَنِ
اشْتَرَاهُ مَا لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ ۚ وَلَبِئْسَ مَا شَرَوْا بِهِ
أَنفُسَهُمْ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
"Dan mereka mengikuti apa yang
dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan
bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir
(mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan itulah yang kafir (mengerjakan
sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada
dua orang malaikat di negeri Babil, yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya
tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorang pun sebelum mengatakan,
"Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), maka janganlah kamu kafir."
Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu
mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya. Dan mereka itu
(ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorang pun, kecuali
dengan izin Allâh. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudharat kepada
diri mereka sendiri dan tidak memberi manfaat. Padahal sesungguhnya mereka
telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allâh) dengan sihir
itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka
menjual dirinya sendiri dengan sihir, kalau mereka mengetahui"
[al-Baqarah/2:102]
Hal ini dikarenakan para dukun,
peramal, dan tukang sihir tersebut mengaku-ngaku mengetahui urusan gaib,
padahal ini merupakan kekhususan bagi Allâh Subhanahu wa Ta'ala.
قُل
لَّا يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ ۚ
وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ
"Katakanlah: "Tidak ada
seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali
Allah", dan mereka tidak mengetahui bilamana mereka akan
dibangkitkan". [an-Naml/27:65]
Selain itu, mereka selalu
bekerjasama dengan para jin dan setan dalam menjalankan praktek sihir dan
perdukunan. Padahal para jin dan setan tersebut tidak mau membantu mereka dalam
praktek tersebut sampai mereka melakukan perbuatan syirik dan kafir kepada
Allâh Subhanahu wa Ta'ala, misalnya mempersembahkan hewan kurban untuk para jin
dan setan tersebut, menghinakan al-Qur’ân dengan berbagai macam cara, atau
cara-cara lainnya . Allâh Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَأَنَّهُ
كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْإِنسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ
رَهَقًا
"Dan bahwasannya ada beberapa
orang dari (kalangan) manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki
dari (kalangan) jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan
kesalahan". [al-Jin/72:6]
3-
Berlebihan dan melampaui batas dalam mengagungkan Nabi Muhammad Shallallahu
'alaihi wa sallam. Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri yang melarang
hal ini dalam sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Janganlah kalian berlebihan
dan melampaui batas dalam memujiku seperti orang-orang Nashrani berlebihan dan
melampaui batas dalam memuji (Nabi Isa) bin Maryam, karena sesungguhnya aku
adalah hamba (Allâh), maka katakanlah: hamba Allâh dan rasul-Nya".
Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa
sallam adalah seorang hamba yang tidak mungkin ikut memiliki sebagian dari
sifat-sifat khusus yang dimiliki Allâh Azza wa Jalla, seperti mengetahui ilmu
gaib, memberikan manfaat atau mudharat bagi manusia, mengatur alam semesta, dan
lain-lain. Allâh Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Katakanlah: "Aku tidak
berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula) menolak kemudharatan
kecuali yang dikehendaki Allah. Dan seandainya aku mengetahui yang gaib,
tentulah aku akan melakukan kebaikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan
ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa
berita gembira bagi orang-orang yang beriman". [al-A’râf/7:188]
Di antara Bentuk Pengagungan Yang
Berlebihan Dan Melampaui Batas Kepada Rasulullâh Shallallahu Alaihi Wa Sallam
adalah sebagai berikut:
- Meyakini bahwa beliau mengetahui
perkara yang gaib dan bahwa dunia diciptakan karena beliau Shallallahu 'alaihi
wa sallam.
- Memohon pengampunan dosa dan masuk
surga kepada beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam, karena semua perkara ini
adalah khusus milik Allâh Subhanahu wa Ta'ala dan tidak ada seorang makhluk pun
yang ikut serta memilikinya.
- Melakukan safar (perjalanan jauh)
dengan tujuan menziarahi kuburan beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam, karena
beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri yang melarang perbuatan ini dalam
sabda beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam : "Tidak boleh melakukan
perjalanan (dengan tujuan ibadah) kecuali ke tiga masjid: Masjidil Haram,
Masjid Nabawi dan Masjidil Aqsha".
Semua hadits yang menyebutkan
keutamaan melakukan perjalanan untuk mengunjungi kuburan beliau Shallallahu
'alaihi wa sallam adalah hadits yang lemah dan tidak benar penisbatannya kepada
beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam, sebagaimana yang ditegaskan oleh sejumlah
imam ahli hadits.
Adapun melakukan perjalanan untuk
melakukan shalat di Masjid Nabawi maka ini adalah perkara yang dianjurkan dalam
Islam berdasarkan hadits yang shahih.
- Meyakini bahwa keutamaan Masjid
Nabawi disebabkan adanya kuburan Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ini
jelas merupakan kesalahan yang sangat fatal, karena Rasûlullâh Shallallahu
'alaihi wa sallam telah menyebutkan keutamaan shalat di Masjid Nabawi sebelum
beliau wafat.
4-
Berlebihan dan melampaui batas dalam mengagungkan kuburan orang-orang shaleh
yang terwujudkan dalam berbagai bentuk, di antaranya:
- Memasukkan kuburan ke dalam masjid
dan meyakini adanya keberkahan dengan masuknya kuburan tersebut.
Ini bertentangan dengan petunjuk
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda: "Allâh melaknat orang-orang Yahudi dan Nashrani, (kerena) mereka
menjadikan kuburan nabi-nabi mereka sebagai masjid (tempat ibadah)".
Dalam hadits lain, Rasûlullâh
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya: "Sesungguhnya
orang-orang sebelum kalian selalu menjadikan kuburan para nabi dan orang-orang
shaleh (di antara) mereka sebagai masjid (tempat ibadah), maka janganlah kalian
(wahai kaum Muslimin) menjadikan kuburan sebagai masjid, sesungguhnya aku
melarang kalian dari perrbuatan tersebut" .
- Membangun (meninggikan) kuburan
dan mengapur (mengecat)nya.
Dalam hadits yang shahih, Jâbir bin
'Abdillâh Radhiyallahu 'anhu berkata: "Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa
sallam melarang mengapur (mengecat) kuburan, duduk di atasnya, dan membangun di
atasnya".
Perbuatan-perbuatan ini dilarang
karena merupakan sarana yang membawa kepada perbuatan syirik (menyekutukan
Allâh Subhanahu wa Ta'ala dengan orang-orang shaleh tersebut).
5-
Termasuk perbuatan yang merusak tauhid dan akidah seorang Muslim adalah
menggantungkan jimat (azimat) -baik berupa benang, manik-manik atau benda
lainnya- pada leher, tangan, atau tempat-tempat lainnya, dengan meyakini jimat
tersebut sebagai penangkal bahaya dan pengundang kebaikan.
Perbuatan ini dilarang keras oleh
Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sabda beliau yang artinya:
"Barangsiapa yang menggantungkan jimat (azimat), sungguh dia telah berbuat
syirik". [18]
6-
Demikian juga perbuatan tathayyur, yaitu menjadikan sesuatu sebagai sebab
kesialan atau keberhasilan suatu urusan, padahal Allâh Subhanahu wa Ta'ala
tidak menjadikannya sebagai sebab yang berpengaruh.
Perbuatan ini juga dilarang keras
oleh Rasûlullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sabda beliau yang artinya:
"(Melakukan) ath-thiyarah adalah kesyirikan".
7-
Demikian juga perbuatan bersumpah dengan nama selain Allâh Azza wa Jalla.
Rasulullâh Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang artinya: "Barangsiapa
bersumpah dengan (nama) selain Allâh, sungguh dia telah berbuat syirik".
Boss, saya pengin nanya yang membuat saya bingung selama ini......boss kalo kita makan obat dari dokter/apotek kemudian kita meyakini bahwa tanpa obat tersebut kita tidak akan sembuh, musyrik gak tuh boss?Thanks
ReplyDeletesesungguhnya yang memberi kesembuhan itu ialah Allah SWT dengan melalui perantara, baik berupa obat - obatan, Air yang telah diberkahi Allah (air zam-zam ), madu dan sebagainya. jadi janganlah kita beranggapan dalam sembuhnya kita dari suatu penyakit tanpa ada campur tangan Allah didalamnya. kita boleh saja meyakini bahwa obat - obatan tersebut merupakan salah satu zat penawar untuk menuju kesembuhan. karna anggapan semacam ini telah terjadi pada masa Rasulullah SAW dimana ada sebuah aliran sesat Qadariyah yang salah satu ajarannya
Delete*bahwa dalam segala bentuk sendi kehidupan itu tidak ada campur tangan Allah SWT, baik itu dalam penyembuhan penyakit dan sebagainya* . dan aliran ini telah dinyatakan oleh nabi muhammad sebagian aliran sesat dan bukan dari bagian agama islam. dalam hadistnya : "sesungguhnya yang bukan dari bagian umatku ialah paham qadariyah dan jabariyah".
jadi minum obat itu diposisikan sebagai bentuk usaha kita untuk sembuh atau merupakan perantara dari Allah SWT, agar kita tidak termasuk dalam golongan qadariyah tersebut maka hendaknya kita berdoa kepada Allah yang memberikan kesembuhan.
Rasulullah pernah bersabda : "Usaha tanpa doa itu kesombongan, dan Doa tanpa usaha itu kesia - siaan ''.
jadi seandainya kita ingin sembuh jgnlah ragu dan malas berdoa niscaya Allah mengabulkan asal dengan disertai usaha dan keyakinan yg sunggu2.
Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Sesungguhnya Allah itu Hidup dan Maha Pemberi, Dia malu jika seseorang mengangkat kedua tangannya kepada-Nya lalu Dia mengembalikan kedua tangannya (membalas doa orang itu) dalam keadaan kosong serta rugi.” (Hadis riwayat Tirmidzi)
semoga bisa menjawab dan terima kasih telah berkunjung.
Gmn kalo aku sering kepikiran sesuatu trs mikir, apakah itu tuhan? Kdg 2 ragu akan allah. Tp trs sy hilangin pikiran itu, lalu kalo doa tetap sm allah. Tp kepikiran lg soal ssesuatu trs mikir, apa itu tuhan? Gmn ya? Bkn syirik kan? Soalnya sy cm kepikiran, trs ilangin pikiran lg, tp gk nyembah apa yg dipikaran sy.
ReplyDeletehati2 denga sifat ragu2 aka adanya tuha saudari,alasan manusia dimasukka keneraka salahsatunya adalah perang pemikira tentang keraguan akan agama Allah, saya dulu juga sempat seperti itu, namun seiring berjalannya waktu, banyak mendalami ilmu agama akhirnya cakrawala pikira saya terbuka, dan menyarankan saudari agar banyak membaca artikel tentang islam buku2 agama dan banyak bertannya kepada org yg lebih tau jgn malu,
Deletesaya meyarankan saudari untuk menonton channel youtube dr.zakir naik insyaAllah akan menambah keimanan kita tetang islam.
Kalau kita minta doa dari kiyai untuk kesembuhan istri,terus d kasih air yg di bacakan doa atau bacaan ayat ALQUR'AN.dan alhamdulillah sakitnya sembuh..itu syirik bukan
ReplyDeleteSaya pernah berdebat dengan seorang nasrani karna dia telah menghina nabi muhammad saw,saya sbagi seorng muslim tidak menerima jika jungjungan umat islam d hina saya marah dan saya jawab bgini "agama kalian sesat dan yesus yg kau sembah adalah nabi isa bukan jelmaan allah swt" lalu saya mengucapkan sumpah "demi allah dia adalah seorng nabi jika ada di kitab injil yg asli bhwa yesus/nabi.isa as menyatakan "sembahlah aku"maka aku akan berpindah agama"apakah itu syirik atau musyrik??
ReplyDelete