Perspektif Islam terhadap Budaya Sesajen - Bedelau
Headlines News :
Home » » Perspektif Islam terhadap Budaya Sesajen

Perspektif Islam terhadap Budaya Sesajen

Written By Deny on Saturday 7 December 2013 | 02:43



Perspektif Islam Terhadap Budaya Sesajen


Budaya Sesajen bukan asing lagi terdengar di telinga kita, khususnya masyarakat yang berada di Pulau jawa, budaya terebut sangat kental dengan masyrakat disana. Banyak yang bertanya-tanya tentang budaya tersebut, apakah sejalan atau menyimpang dari ajaran islam. Sebab jika dievaluasi lebih dalam tentang budaya sesajen itu, sesungguhnya sangat identik dengan modus keyakinan / Aqidah.
Dari sisi kehidupannya nenek moyang kita bangsa Indonesia pada masa lalu, sangat sederhana sekali dan jumlahnya belum banyak . mereka hidup bergotong royong. Bentuk kerja sama atau gotong royong tersebut terdapat dalam susunan masyarakat desa. Hidup dan milik perseorangan, tidak ada. Tanah sekeliling desa adalah hak milik desa dan dikerjakan bersama-sama. Keselamatan bersama dijaga oleh segenap penduduk di desa.Usaha – usaha inilah yang kemudian menimbulkan gotong-royong di desa. Orang desa tolong-menolong apabila ada kesukaran atau malapetaka. Mereka merasa bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi di desa, baik yang baik mupun yang jahat. Inilah salah satu sifat yang mulia yang dimiliki bangsa kita masa lalu
            Yang dipilih menjadi kepala desa, ialah orang yang terbanyak atau terkuat semangatnya, sehingga ia dianggap “bertuah” kepala desa itulah yang menjadi perantara dalam hubungan dengan dunia dan yang mengepalai segala upacara dan mewakili desa ke luar.
Nenek moyang kita tidak bersama-sama meninggalkan tanah asal, akan tetapi segolongan demi segolongan. Ada yang mendarat di Palembang, yang lain di Kalimantan, yang lain lagi di Pilipina dan lain lagi di pulau Jawa dan seterusnya. Karena mereka itu tidak bersama-sama meninggalkan tanah asalnya, maka berlain-lainan tempatnya di Nusantara dan selanjutnya berlain-lainan pulalah cara berhubungan dengan bangsa asing. Akibatnya ialah timbul perbedaan dalam adat - istiadat dan bahasa.
            Menurut penyelidikan para ahli sejarah, bahwa suku-suku bangsa di Indonesia ini berasal dari  satu suku bangsa. Yaitu dari Asia Tenggara (Campa, Cochin – Cina, Kamboja ) yang mempunyai budaya kultur. Dengan adat dan budaya mereka bawa ditradisikan di daerah-daerah yang akan ditempatinya. Tetapi sebelum menjadi penduduk pantai, mereka bertempat tinggal di Daerah-daerah Hulu Sungai Saluen dan Mekhong, yaitu Daerah Yunan. Mereka mengadakan komonikasi antar Bangsa - Bangsa di pulau-pulau Nusantara dalam sistem perdagangan pelayaran
            Bahasa yang mereka gunakan dalam hubungan itu, adalah bahasa yang memang mereka gunakan di tempat kediaman mereka semula. Oleh karena itu, maka terjadilah perbedaan Bahasa dan dialeg antar pulau di Nusantara ini. Tetapi yang jelas adat-istiadat dan bahasa yang mereka gunakan adalah sedasar dan seketurunan.
Sebelum adanya pengaruh Agama - Agama seperti Hindu, Buda, dan sebagainya muncul di Indonesia, maka kepercayaan nenek moyang bangsa kita sangat berdasar pada dua sistem kepercayaan. dan kepercayaan itu telah menjadi sebuah idiologi dalam keyakinan mereka.
Dua kepercayaan itu ialah :
Animisme
            Sistem kepercayaan ini, ialah mereka berkeyakinan bahwa benda-benda yang mempunyai kekuatan roh bukan saja manusia dan hewan, akan tetapi benda-benda lain seperti pohon, batu, dan lain sebagainya juga mempunyai roh dengan sendirinya ia memiliki kekuatan gaib, dan roh-roh itu dapat mempengaruhi keuntungan dan kerugian hidupan mereka . Agar tidak menimbulkan dampak nigatif dalam kehidupannya, mereka menghormati roh-roh tersebut dengan mempersembahkan sesajen dan kemenyan melalui perantara seorang ahli ( dukun atau Pawang ) dimintanya berkat atau restu. Kalau mereka akan mengerjakan sesuatu pekerjaan penting , mesalnya ketika mau mendirikan rumah atau mengadakan peralatan, begitu juga jika ada orang yang sakit.
Disamping percaya terhadap adanya roh , bangsa Indonesia jaman itu juga percaya kepada adanya makhluk - makhluk halus yang disebut Hyang atau Yang, yang bertempat tinggal di Gunung - gunung , di hutan-hutan, lembah atau sungai dan di tempat-tempat Angker lainya yang jarang dilalui oleh manusia. Diantara hyang-hyang itu ada yang baik ada yang jahat dan suka mengganggu jalan hidup manusia. Maka itu pun dihormati dengan mempersembahkan sesajen dan kemenyan agar mereka dapat restu dengan selamat dalam kehidupannya . Demikian juga roh-roh nenek moyang mereka pada saat itu sangat dihormati, karena mereka berkeyakinan roh tersebut juga akan mempengaruhi hidupnya, Sehingga diepersembahkan sesajen untuknya, misalnya dibuatkan perahu kecil di dalamnya berisi aneka ragam sesajen. Dan perahu itu dihanyutkan ke sungai atau ke laut. Dengan maksud agar roh tersebut tidak mempengaruhi secara nigatif terhadap kehidupan mereka, dan dapat bersemayam di tempat yang sejuk.
Dynamisme
            Nenek moyang kita berkeyakinan bahwa setiap orang , hewan atau benda mempunyai kekuatan gaib atau semangat . Banyaknya semangat yang ada di dalam tubuh, harus berdeminsi seimbang dengan kondisi tubuh, orang yang kurang semangatnya , akan mengalami sakit-sakit saja . Oleh sebab itu , maka orang harus memakai benda - benda seperti cincin, gelang, kalung atau benda apa saja yang dapat menumbuhkan semangat.
Sekitar 4 abat yang silam, telah ada hubungan antar Indonesia dengan luar Negeri seperti India dan Cina dalam sistem perniagaan, yang mana orang India dan Cina tersebut memang beragama Hindu dan Budha. Melalui pelayar-pelayar ulung diantara negara - negara tersebut, maka peluang besar bagi mereka untuk meprioritaskan pengaruhn bagi bangsa Indonesia dalam hal kebudayaan, Agama, dan kesenian . Bahkan dengan besarnya pengaruh Hindu tersebut, maka berdirilah kerajaan - kerajaan Hindu di Indonesia, seperti di Kalimantan Timur kerajaan Kutai, di Jawa Barat Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Mataram di Mataram Jawa Tengah, dan kerajaan Sriwijaya di Palembanga Jawa Barat. Maka dengan berdirinya beberapa kerajaan Hindu di Indonesia , semakin kuat juga pengaruh-pengaruhnya terutama dalam segi budaya dan Agama. Sehingga munculnya adat istiadat penyembahan ke benda keramat, seperti Dewa , ke Patung yang mereka buat sendiri kemudian mereka sembah, patung tersebut diletakkan di candi-candi, kemudian dengan memberi mereka makan dan makanannya pun bermacam-macam seperti tumpeng dan sebagainya.
Ketika Islam masuk ke Indonesia yang dibawa oleh Pedagang dari Arab dan disebarkan oleh para Ulama pada saat itu, mereka bersusah payah dalam menyebarluaskan agama Allah, dengan berbagai acara agar masyarakat Indonesia khususnya di pulau jawa mau menerima islam dan Alhamdulillah di Indonesia hingga saat ini masyarakatnya bermayoritas muslim dan Alhamdulillah menjadi Negara dengan penduduk muslim terbanyak  didunia. Sekarang yang menjadi permasalahannya adalah khususnya di pulau jawa, mereka memang sudah memeluk islam tetapi kebiasaan atau ritual mistik seperti sesajen masih di pertahankan hingga sekarang.
Berdasarkan yang penulis ketahui ritual tersebut dilaksanakan untuk menolak bala dan ketika memperoleh rizki seperti panen yang melimpah dan ini dilakukan dengan beramai- ramai atau berjemaah. Mereka membawa tumpeng kemudian berbagai hasil panen mereka dengan jumlah yang besar, diarak beramai-ramai ada yang di hanyutkan ke laut, seperti laut kidul, ada juga yang di letakkan di atas gunung. Mereka mengatakan jika ritual itu tidak dilaksanakan maka panen mereka akan gagal, dan daerah mereka akan dilanda bencana. Pernyataan tersebut saya kutip dari wawancara salah satu stasiun tv swasta dengan program bertemakan budaya kepada masyrakat setempat. Sedangkan mereka sudah memeluk islam dan tuhan mereka ialah Allah SWT, tuhan yang sesungguhnya yang menciptakan alam beserta isinya yang memberi rezki kepada manusia. Hendaknya masyarakat lebih bijak memilih budaya mana yang harus di pertahankan yaitu budaya yang sejalan dengan agama islam. Islam tidak melarang adanya budaya dan adat istiadat pada umatnya asalkan saja tidak menyimapang dari ajaran-Nya terlebih lagi menyekutukan-Nya karna menyekutukan Allah adalah dosa terbesar.
Sebagaimana firman Allah :  Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (surah An-nissa : 48)
Apakah budaya Sesajen itu termasuk syirik? Bagaimana perspektif islam terhadap budaya sesajen tersebut?
Bahwa pada hakekatnya melakukan sesajen sebagai penghormatan kepada roh-roh itu, meminta-minta keselamatan padanya menurut perspektif Islam termasuk suatu kegiatan yang menyekutukan Allah sebagai Pencipta Alam, yang Maha pemberi kemanfaatan, Pemberi rizqi, Menghidupkan dan yang bisa memberi kemadaratan dalam hidup ini . Maka menyekutukan Allah dalam tinjauan Islam termasuk dosa besar. Sebab Allah Berfirman dalam Al-Qur’an :
1- الله الذى خلقكم ثم رزقكم ثم يميتكم ثم يحييكم هل من شركا ء كم من يفعل من ذلكم من شيء سبحا نه و تعالى عما يشركون ( الروم . .4 )
Artinya : Allah lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rizqi, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Apakah yang kamu sekutukan
dengan Allah itu bisa berbuat sesuatu dari yang demikian itu ?. Maha Suci Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka sekutukan. ( Q.S. AR RUM : 40. )
2- ان الله لا يغفر ان يشرك به ويغفر ما دون ذلك لمن يشاء ومن يشرك بالله فقد افترى اثما عظيما ( النساء : 48 )
Artinya : sesungguhnya Allah Tidak akan mengampuni dosa Syirik dan Dia mengampuni segala dosa selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki Nya . barang siapa yang menyekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. ( Q.S. An Nisa’ .48 ).
b.) Budaya sesajen termasuk tindakan baru di dalam adat Islami, menyimpang dari Sunnah Nabi Muhammad SAW. oleh sebab itu amalnya ditolak . Dalam Hadits Nabi SAW. dijelaskan
عن ام المؤمنين ام عبد الله عائشة رضي الله عنها قا لت : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم . من احدث فى امرنا هذا ما ليس منه فهو رد ( رواه البخاري ومسلم ) . وفى رواية لمسلم : من عمل عملا ليس عليه امرنا فهو رد .
Dari Ummul Mukminin Ummu Abdullah. Aisyah . R.A. Beliau telah berkata : Rosulullah SAW. Bersabda : Barangsiapa yang mengada-ada sesuatu yang baru dalam ( Agama ) kami ini, yang tidak kami perintahkan, maka hal itu ditolah (di sisi Allah ) ( H.R. Bukhari dan Muslim ). Dan dalam Riwayat Muslim :
Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak sesuai dengan Syari’at kami, maka amalnya ditolak

 Dari  pembahasan dan Argumentasi Islam terhadap budaya sesajen, penulis menagmbil kesimpulan bahwa :
  • Kebudayaan yang berkembang di Indonesia selain pengaruh eksternal juga pengaru internal. Karena itu, perlu dipahami lebih mendalam.
  •    Nilai-nilai budaya kita perlu ditingkatkan dan dikembangkan apabila sesuai dengan norma Agama.
  •  Sesajen adalah adat Hindu dan Budha yang dipersembahkan pada sesuatu yang dianggap kramat.
  •   Adat sesajen mengandung nilai negatif tidak sesuai dengan syari’at Islam. Karena Islam adalah Agama yang hanya bertauhid kepada Allah.
  •  Islam meninjau budaya sesajen sebagai Bid’ah Dlalalah (perkara baru yang menyesatkan).
  •  Mempersembahkan sesajen sebagai pemujaan pada benda-benda termasuk menyekutukan Allah. Dan menyekutukan Allah adalah dosa besar yang harus dihindari.
  •  Pemeliharaan budaya sesajen itu merusak ketauhidan kepada Allah SWT. Menurut perspektif Islam. Karena itu, dengan tegas Islam menolak.


SARAN - SARAN

  • Sebagai seorang muslim yang bertauhid kepada allah sudah seharusnya kita harus memilih budaya yang mana patut dipertahankan dan yang patut ditinggalkan agar kita tidak termasuk orang yang menyimapang dari ajaran-Nya. 
  •  Apapun  masalah, urusan, keperluan, kesenangan, baik itu adat istiadat atau, dan lainya, pertama sekalinya bepegang teguhlah kepada agama, dahulukan agama, dalam hal ini islam sebagai agama kita Allah sebagai tuhan kita( tuhan yang sesungguhnya) Muhammad sebagai rasul-Nya. Apapun yang  menyangkut dengan segala urusan didunia ini telah dijelaskan oleh Allah SWT melalui kitab dan Rasul-Nya. 
  • Berpegang teguhlah kepada agama kemudian barulah adat istiadat kita, karna belum tentu adat- istiadat kita semuanya sejalan dengan agama. Karena tujuan hidup kita didunia adalah untuk memperoleh kebahagiaan akhirat
diperbolehkan untuk di copy dengan syarat menyertakan link sumber
penulis : Deni Afrizal mahasiswa jurusan ilmu komunikasi uin suska riau
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : spotline | Aneka Kuliner | top10rank
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Bedelau - All Rights Reserved
smartblog group Pekanbaru thanks to Mas Template