Alkisah di sebuah
desa hiduplah satu keluarga yang terdiri dari: Ibu, Bapak dan seorang anak
perempuan yang bernama “Bawang Putih”, mereka hidup bahagia.
Pada suatu hari musibah menimpa keluarga mereka, Ibu si Bawang Putih sakit parah.
Ketika itu bapaknya sedang berdagang, Ibu si Bawang Putih tidak bisa diobati
akhirnya meninggal dunia.
Si Bawang Putih sangat sedih sekali karena ditinggalkan Ibunya, sedangkan Bapak
yang disayangi menikah lagi dengan wanita lain yang telah mempunyai anak
perempuan yang bernama “Bawang Merah”. Bawang Putih semakin hari semakin sedih
dan menderita karena disiksa oleh Ibu dan saudara tirinya.
Pada suatu hari lewatlah seorang pangeran yang tampan dia melihat Bawang Putih
sedang mencuci baju di sungai, dia melihat kecantikannya dan kemudian jatuh
hati padanya. Pangeran mengejar si Bawang Putih kerumahnya tetapi dihalangi
oleh saudara tirinya, tapi karena kebaikan si Bawang Putih akhirnya dilamarlah
oleh pangeran itu dan akhirnya mereka menikah dan hidup bahagia selamanya.
C. NASKAH DRAMA
Alkisah disebuah desa hiduplah satu keluarga yaitu Bawang Merah dan
Bawang Putih, yang dalam hidupnya Bawang Putih penuh dengan siksaan dan hinaan
serta omelan, hingga suatu ketika si Bawang Merah memanggil Bawang Putih dengan
penuh amarah.
Babak I
. Bawang Merah: Putih… Putih…!! kesini kamu. Kamu… harus membersihkan ruang
tamu ini sampai bersih, jangan sampai ada debu-debu yang masih menempel.
(sambil berkacak pinggang). Ingat ya! (menjitak kepala Bawang Putih) kalau
sampai aku datang ruangan ini tidak bersih tahu sendiri nanti akibatnya!
(mencebir dan membuang muka).
Bawang Putih : Baik, Bawang Merah!
(merunduk dan pergi mangambil sapu).
Ibu & B. Putih : Lho, kok sepi.
Bawang Putih kemana ya, kok ngak kelihatan! (sambil melihat kanan kiri) Putih…
Putih… Putih…! kemana ya anak itu dipanggil-panggil gak nyaut!
Bapak & B. Putih: Ada apa sih bu…!
(dengan perasaan tanda tanya).
Ibu & B. Merah : Eh…! Bapak, lho
kapan Bapak yang datang kok Ibu nggak dengar Bapak ngetok-ngetok pintu. (sambil
memegang tangannya).
Bapak dan B. Putih : E… tadi bu, memang
Bapak sengaja nggak ngetok-ngetok pintu, soalnya bapak dengar Ibu
berteriak-teriak memanggil-manggil Bawang Putih, Emangnya si Bawang Putih
kemana bu? Dan kenapa dia? (dengan penuh keheranan).
Ibu & B. Merah : Oh tidak ada
apa-apa pak (sambil mengelus-ngelus tangan suami) Ibu takut Bawang Putih
kenapa-napa, e tak tahunya lagi istirahat dikamarnya, pak. (sambil merebah
kepundaknya).
Bapak & B. Putih : Terima kasih ya
bu, Bapak bangga sekali punya istri sebaik Ibu, dan saya sayang sekali sama Ibu
juga anak kita berdua (mengelus rambut istri) kalau begitu Bapak berangkat
berdagang lagi ya bu, paling disana saya 1 minggu. Ibu jaga diri baik-baik ya
dan juga anak kita baik-baik, oh ya ini ada sedikit uang buat belanja (sambil
menyodorkan uang). Baiklah bu Bapak berangkat dulu ya. (mengulurkan tangannya).
Ibu B. Merah : Iya pak (sambil mencium tangan Bapak) hati-hati dijalan, da…!
Hem… dasar suami bodoh, kamu kira saya betul-betul mencintai kamu apa! Tidak
ya, saya hanya mencintai uang dan rumah kamu ini… ha… ha… ha… (sambil
menepuk-nepuk uang). Putih… putih…putih… kesini kamu! (berkacak pinggang).
Bawang Putih : Ya… ya… bu, ada apa bu?
Ibu B. Putih : Kemana aja sih kamu ha… kaman aja? (sambil menarik dan mendorong
Putih) dipanggil-panggil dari tai nggak ada jawaban, kamu tuli ya… (sambil
membuang muka).
Bawang Putih : Baik bu…! (dengan nada
ketakutan).
Ibu B. Merah : Ya bagus, (sambil
mengangguk-ngangguk kepala) sekarang kamu cuci baju itu sampai bersih mengerti?
Ingat Bawang Putih, sebelum Ibu datang cucian ini dan lantai ini sudah harus
bersih! Dengar….! (nada keras membentak).
Maka berangkatlah Bawang Putih ke sungai untuk mencuci baju itu, sambil
menangis Bawang Putih Berkata!
Bawang Putih : Ya Allah, ampunilah
dosa-dosa Ibu tiriku, berikanlah kekuatan dalam menghadapi cobaan ini. Ya Allah
bukakanlah pintu hati Ibu tiriku dan saudara tiriku agar dia mau menyayangiku.
(sambil menangis)
Pengawal I : Maaf tuan, e… lihat disana
tuan, sepertinya ada seorang wanita. (sambil menunjuk).
Pengawal II : Ya benar tuan, sepertinya
lagi mencuci pakaian tuan! (dengan penuh semangat).
Pangeran : Iya, betul-betul, tapi… sama
siapa ya dia? Apa dia sendirian pengawal? (dengan penuh keheranan dan melihat
kearah wanita itu, sambil berfikir) pengawal coba kalian lihat kesana…! (sambil
menunjuk).
17. Pengawal I & II : Baik tuan…! (sambil mengangguk).
18. Pengawal I : Tuan, ternyata perempuan itu sendirian…!
Pengawal II : Perempuan itu cantik tuan dan kelihatannya orang baik-baik!
19. Pangeran : (Sambil mengangguk-ngangguk) Mari pengawal kita kesana…! (sambil
menunjuk).
20. Pengawal I & II : Baik tuan…!
21. Pangeran : E… e… nona! (dengan gugup dan malu). Kalau boleh saya tahu nama
nona siapa? Dan nona berasal dari mana? Dan kenapa pula sendirian di sungai
yang sangat sepi ini…?
22. Bawang Putih : Maaf… tuan…! (sambil menjinjing rok dan mau berlari pergi).
23. Pangeran : Jangan… jangan… nona, jangan lari, saya bermaksud baik, saya
lihat nona sendirian, jadi saya memberanikan diri menghampiri nona! (dengan
senyuman).
24. Bawang Putih : Nama saya Bawang Putih tuan, saya berasal dari desa
seberang, e… tapi maaf tuan, saya tidak bisa berlama-lama disini, saya takut
dimarahi Ibu saya tuan…!
25. Pangeran : Tunggu… tunggu…! tunggu nona…! (sambil berteriak) mari pengawal
kita ikuti Bawang putih itu, dimana sebenarnya rumahnya!
Kemudian berangkatlah Pangeran dan 2 pengawalnya untuk menuju rumah Bawang
Putih, Pangeran merasa dialah wanita yang selalu diidam-idamkan, kemudian si
Pangeran bergegas pergi ke rumah si Bawang Putih.
26. Ibu Bawang Merah : Anakku coba lihat disana, siapa itu yang datang? (dengan
penuh keheranan).
27. Bawang Merah : Iya bu, sepertinya yang datang Pangeran. Aduh betapa
gagahnya dan gangteng Pangeran itu. (dengan senyuman).
28. Ibu Bawang Merah : Tenang sayang, Ibu tahu kedatangan Pangeran itu ingin
mencari permaisuri. (sambil memegang pundaknya).
29. Bawang Merah : Benarkah itu bu? Tolong saya bu, saya mau menjadi permaisuri
Pangeran itu bu. (berloncat kegirangan).
30. Pangeran : Permisi…, permisi…!
31. Ibu Bawang Merah : Tuan…! (dengan terkejut)
E… ada apa gerangan tuan datang kegubuk kami ini, apa tuan mau mempersunting
anak kami, yang cantik dan manis ini tuan? (sambil memegang dagu Bawang Merah).
32. Pangeran : Tidak…! (dengan lantang)
Saya kesini hanya untuk melamar anak ibu si Bawang Putih untuk menjadi
permaisuriku. (dengan penuh senyuman).
33. Bawang Merah : Kenapa sih Pangeran lebih suka Bawang Putih dari pada saya,
padahal Pangeran Bawang Putih orangnya licik sekali dan suka mempermainkan
lelaki, tidak seperti saya yang baik, patuh dan setia. (sambil senyum gembira).
Lagian Pangeran Bawang Putih itu orangnya jelek tidak seperti saya cantik,
manis, dan menarik, ia kan Pangeran?
34. Pangeran : E… iya-ya betul, kamu juga cantik, manis dan menarik nona, tapi
sayang hati saya sudah terpikat sama si Bawang Putih, saya mohon tolong
panggilkan Bawang Putih segera…!
35. Bawang Merah : Huuuh…! Bawang Putih, Bawang Putih lagi, emangnya nggak ada
orang lain selain Bawang Putih, huuuh… sebel…!! (sambil menghentakkan kaki).
Putih…! Puith…!!
36. Bawang Putih : Iya, mbak…!!!
37. Bawang Merah : Kesini kamu lihat ini ada Pangeran mau mempersunting kamu
menjadi istrinya. (dengan mimik yang sinis penuh kebencian).
38. Pangeran : Bawang Putih, maukah kamu menjadi permaisuriku? (memberikan
senyuman).
39. Bawang Putih : (Merunduk penuh senyuman dan malu-malu, berarti dia mau).
40. Ibu Bawang Merah : Maaf tuan, itu berarti tandanya Bawang Putih setuju
menjadi permaisuri tuan!
41. Pangeran : Mari kesini Bawang Putih, ikutlah kamu keistanamu kamu akan aku
persunting menjadi permaisuriku! (mengulurkan tangan dan menggandeng Bawang
Putih pergi).
42. Bawang Putih : Ibu…! (menghampiri Ibu dan memeluknya).
Bawang Merah…! (menghampiri Bawang Merah dan memeluknya).
43. Pangeran : Baiklah bu, saya akan membawa Bawang Putih ke istanaku dan akan
aku jadikan permaisuriku. (dengan senang hati).
Kalau begitu kami berangkat dulu bu, permisi…! (berjalan keluar rumah).
44. Ibu Bawang Merah : Ya tuan…!
Maka berangkatlah Pangeran dan Bawang Putih beserta pengawalnya
untuk menuju istana kerajaan dan dijadikanlah Bawang Putih sebagai permaisuri,
samapai akhirnya Pangeran dan Bawang Putih bahagia selamanya
“Kejahatan tidak bisa mengalahkan kebaikan, dan manusia memang mahluk paling
sempurna di muka bumi, namun karna kesempurnaan itu kadang mereka lalai pada
apa yang membuat mereka menjadi sempurna”.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !