PERJUANGAN SEORANG IBU
Seorang ayah
berumur 73 tahun telah pensiun dari pekerjaannya dikantor TELKOM jalan Tanjung
Mayat. Dia bernama H.Bakar yang telah melaksanakan ibadah Haji bersama
isterinya. Dengan rambutnya yang sulah dan raut wajahnya yang tampak sangat
tua, serta fisik yang telah menurun tidak mempengaruhi kerukunan mereka sebagai
keluarga yang utuh dengan 4 orang anak.
Isteri
lelaki tua itu bernama Hj.Fatimah telah
lama mengidap penyakit diabetes yang akut dan menahun . Siang itu pak Bakar dan isteri tercinta
memeriksa kesehatan di RSUD jalan dorak. Ternyata kondisi isterinya sangat buruk dengan
kadar gula darah yang sangat tinggi membuat kakinya yang luka semakin bertambah
parah. Dan parahnya lagi seluruh
keluarga tidak menyangka bahwa ibu dari 4 orang anak itu mengidap komplikasi
dari berbagai penyakit yang sungguh parah. Mungkin karna kurangnya mengecek kesehatan
secara rutin. Sehingga Haji Fatimah
harus dirawat di RSUD tersebut.
Hari demi hari kondisi istri pak Bakar tidak
kunjung membaik. Padahal rutinitas cuci
darah dilakukan hingga seminggu sekali. Kondisi keuangan keluarga mereka pun sudah
menipis. Anak-anaknya bingung harus
mencari pinjaman dari mana lagi. Dengan gaju pensiun dari pak Bakar yang tidak
banyak, serta uang anak-anaknya yang bekerja sebagai
guru honorer, dan sebagaian lain adalah pekerja keras tidak
mencukupi biaya pengobatan sang Ibunda tercinta.
Rasa
putus asa terus merunyai keluarga yang kecil itu, telah sebulan ibu mereka dirawar di RSUD
tersebut. Selama itu pula sang ibu harus menahan rasa
sakit akibat cuci darah. Lengan isteri dari Pak Bakar itu penuh dengan
bekas tusukan jarum.
Dirumah
kediaman mereka yang tidak besar itu, mereka saling berunding sekeluarga tentang
nasip ibu mereka akan dikemanakan lagi setelah itu, akhirnya mereka dan ayah sepakat untuk membawa
ibu mereka ke Pekanbaru, tepatnya di
RSUD Ibnu Sina.
Karna
biaya yang cukup mahal, sehingga menguras
segala harta mereka, namun demi isteri
yang paling ia cinta, segala hal sanggup
lelaki tua itu lakukan. Pinjaman uang
terus saja dilakukan pada sahabat-sahabatnya yang ada di Selatpanjang, lelaki tua itu memang bernasip baik sehingga
orang-orang banyak memberinya bantuan tanpa pamrih.
Pada
malam hari itu mereka semua berkumpul, ayah,
anak-anak dari wanita tua itu dengan
raut muka yang sedih dn pasrah didalam kamar inap ibu mereka. ‘’ Aku
tak tahan lagi menanggung rasa sakit ini, aku hanya menyusahkan kalian semua saja, jika penyakit ini memang sudah tak bisa disembuhkan
lagi, sudah cukuplah semuanya, kita pulang saja ke Selatpanjang, aku sangat berterimakasih pada kalian semua
yang telah merawatku dengan kasih sayang, aku bangga punya suami dan anak-anak seperti
kalian’’. kata ibu pada seluruh keluarga
yang ada di dalam kamar inap itu.
Ibu
yang dalam kondisi tidak baik saat itu harus terpaksa dibawa pulang karna
keinginannya sendiri dan biaya yang sudah tidak mencukupi lagi, rasa sedih dan pasrah menghampiri keluarga itu.
Pada perjalanan pulang di kapal Jelatik, wanita yang paling disayangi oleh anak dan
Ayah itu pun harus menghembuskan nafas terakhirnya.
Hj.
Fatimah dimakamkan di Selatpanjang, tepat disebelah kakak kandungnya yang 2 tahun
yang lalu. Semua orang yang pernah
mengenal sosok ibu yang ramah tersebut tidak menyangka harus ditinggalkannya. Tangis dan air mata tak dapat dipisahkan lagi
saat pemakaman yang sangat mengharukan tersebut.
Oleh : Adiwijaya
SMA Negeri 2 Selatpanjang
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !